Jumat, 24 April 2009

Pergeseran Masyarakat dan Kebudayaan

Pergeseran Masyarakat dan Kebudayaan

Pendahuluan

Latar Belakang Masalah
Kebudayaan menurut ilmu antropologi budaya adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar. Hal itu berarti bahwa hampir seluruh tindakan manusia adalah kebudyaan. Sedangkan di dalam kehidupan masyarakat pastilah terjadi yang namanya gejala-gejala sosial-budaya. Kejadian-kejadian sosial-budaya yang terjadi dalam masyarakat di sekeliling kita, secara alamiah dianalisa sebagai proses-proses yang sedang berjalan dan bergeser. Semua konsep yang kita perlukan apabila kita ingin menganalisa proses-proses pergeseran masyarakat dan kebudayaan, termasuk lapangan penelitian ilmu antropologi dan sosiologi yang disebut dinamik sosial (social dynamics).
Proses-proses apa sajakah yang menyebabkan timbul dan hilangnya suatu kebudayaan dalam masyarakat dan bagaimanakah proses itu terjadi?

Pembahasan

A. Proses Belajar Kebudayaan Sendiri

Proses Internalisasi
Merupakan proses panjang sejak seseorang dilahirkan sampai hampir meninggal dimana dia belajar menanamkan dalam kepribadiannya segala perasaan, hasrat, nafsu, serta emosi yang diperlukan sepanjang hidupnya.
Perasaan pertama yang ada dalam kepribadian seorang bayi kecil pada saat dilahirkan adalah perasaan puas dan tak puas. Ketika baru saja dilahirkan dan dalam keadaan sekonyong-konyong itu memberi pengalaman tidak puas kepada si individu yang baru itu. Baru setalah ia dibungkus dengan selimut dan diberi kesempatan untuk menyusu, maka rasa puas itu dipuaskan, dan perasaan puaspun dialaminya. Kemudian setiap kali ia terkena pengaruh-pengaruh lingkungan yang menyebabkan rasa tidak puas tadi ia akan menangis, dan setiap kali juga selimut dan susu mendatangkan rasa puas tadi. Secara sadar si bayi telah belajar untuk tidak hanya mengalami, tetapi juga mengetahui cara bagaimana mendatangkan rasa puas tadi, ialah dengan menangis.
Semakin lama hari-hari yang ia lalui, semakin bertambah pengalamannya mengenai bermacam-macam perasaan baru, seperti: bahagia, gembira, simpati, cinta, benci, malu, dan sebagainya. Dan juga timbul berbagai macam hasrat dalam proses yang dialaminya.

Proses Sosialisasi
Proses Sosialisasi bersangkutan dengan proses belajar kebudayaan dalam hubungan dengan sistem sosial. Dalam proses itu seorang individu dari masa anak-anak hingga masa tuanya belajar pola-pola tindakan dalam interaksi dengan segala macam individu sekelilingnya yang menduduki beraneka macam peranan sosial yang mungkin ada dalam kehidupan sehari-hari.
Proses sosialisasi merupakan suatu proses yang sudah sejak lama mendapat perhatian besar dari banyak ahli antropologi sosial, karena lahirnya suatu kebudayaan sendiri tidak lepas dari adanya proses sosialisasi.
Beberapa orang sarjana ilmu antrologi budaya telah mencoba bebrapa metode penelitan. Selama melakukan field work, mereka antara lain mengumpulkan bahan mengenai misalnya:
1. Adat-istiadat anak,
2. Tingkah laku sex yang lazim dilakukan dalam suatu masyarakat,
3. Riwayat hidup secara detail dari beberapa individu dalam suatu masyarakat.

Proses Ekulturasi
Istilah yang sesuai dalam bahasa Indonesia, yaitu ”pembudayaan”. Dalam bahasa Inggris juga dipergunakan istilah institutionalization. Dalam prose situ seorang individu mempelajari dan menyesuaikan alam pikiran seta sikapnya dengan adat-adat, sistem norma, dan peraturan-peraturan yang hidup dalam kebudayaannya.
Proses ekulturasi ini sudah dimulai sejak kecil; mula-mula dari orang di lingkungan keluarganya, kemudian dari teman-temannya bermain. Seringkali ia belajar dengan meniru saja berbagai macam tindakan, setelah perasaan dan nilai budaya yang member motivasi akan tindakan meniru itu telah diinternalisasi dalam kepribadiannya. Dengan berkali-kali meniru maka tindakannya menjadi suatu pola yang mantap dan norma yang mengatur tindakannya “dibudayakan”. Sebagai contoh misalnya, aturan adat di Indonesia yang menganjurkan agar kalau orang bepergian ke suatu tempat yang jauh, memberi oleh-oleh kepada kerabat dekatnya dan kepada para tetangganya yang tinggal dekat sekitar rumahnya. Norma sopan santun memberi oleh-oleh tadi dibudayakan olehnya berdasarkan ajaran mengenai sopan-santun pergaulan.

B. Proses Evolusi Sosial

Proses dari suatu masyarakat dan kebudayaan dapat dianalisa oleh seorang peneliti seolah-olah dari dekat secara detail (microscopic), atau dapat juga dipandang seolah-olah dari jauh dengan hanya memperhatikan perubahan-perubahan yang tampak besar saja (macroscopic). Proses evolusi sosial budaya yang dianalisa secara detail akan membuka mata peneliti untuk berbagai macam proses perubahan yang terjadi dalam dinamika kehidupan sehari-hari dalam tiap masyarakat di dunia. Proses-proses ini disebut dalam ilmu antropologi proses-proses berulang, atau recurrent process. Proses-proses evolusi sosial budaya yang dipandang seolah-olah dari jauh hanya akan menampakkan kepada peneliti perubahan-perubahan besar yang terjadi dalam jangka waktu yang panjang. Proses-proses ini disebut dalam ilmu antropologi disebut proses-proses menentukan arah, atau directional process.

Proses-Proses Berulang dalam Evolusi Sosial Budaya. Perhatian terhadap proses-proses berulang dalam evolusi sosial budaya, belum lama mendapat perhatian dari ilmu antropologi. Perhatian itu sebenarnya timbul bersama dengan perhatian ilmu antropologi terhadap faktor individu dalam masyarakat, yaitu kira-kira sejak masa sekitar 1920. Sebelum masa 1920, sebagain besar dari para sarjana antropologi hanya memperhatikan adat-istiadat yang lazim berlaku dalam suatu masyarakat yang menjadi obyek penelitiannya. Bagaiman sikap, perasaan, dan tingkah laku khusus para individu dalam masyarakat tadi yang mungkin bertentangan daengan adat-istiadat yang lazim, diabaikan saja atau tidak mendapat perhatian yang layak.
Tindakan individu warga masyarakat yang menyimpang dari adat-istiadat umum, misal; upacara di Bali pada suatu ketika dapat banyak terjadi dan dapat sering brulang (recurrent) dalam kehidupan sehari-hari di setiap masyarakat di seluruh dunia. Memang sikap individu yang hidup dalam banyak masyarakat itu terutama adalah mengingat keperluan diri sendiri; dengan demikian ia sedapat mungkin akan mencoba menghindari adat atau menghindari aturan apabila adat- istiadat itu tidak cocok dengan keperluan pribadinya. Dan in harus kita akui bahwa di seluruh dunia tidak ada suatu masyarakat yang semua warganya seratus persen taat kepada adat untuk selamanya. Kita mengerti bahwa justru keadaan-keadaan yang menyimpang dari adat ini sangat penting artinya, karena penyimpangan demikian merupakan pangkal dari proses-proses perubahan kebudayaan masyarakat pada umumnya.
Sudah tentu masyarakat pada umumnya tidak membiarkan saja penyimpangan-penyimpangan dari para warganya itu, dan itulah sebabnya dalam tiap masyarakat ada alat-alat, pangendalian masyarakat yang bertugas untuk mengurangi penyimpangan tadi. Masalah ketegangan antara keperluan individu dan masyarakat selalu akan ada dalam tiap masyarakat dan walaupun ada kemungkinan bahwa ada suatu masyarakat itu tenang untuk suatu jangka waktu tertentu, tetapi pada suatu saat tentu ada juga berbagai individu yang membangakang, dan ketegangan-ketegangan masyarakat akan menjadi recurrent lagi. Akhirnya kalau penyimpangan-penyimpangan tadi pada suatu ketika menjadi demikian recurrent sehingga masyarakat terpakasa memberi konsekuensinya, dan adat serta aturan diubah sesuai dengan desakan keperluan-keperluan baru dari individu-individu dalam masyarakat.

Proses Mengarah Dalam Evolusi Kebudayaan. Kalau evolusi masyarakat dan kebudayaan kita pandang seolah-olah dari jauh, dengan mengambil interval waktu yang panjang, misalnya beberapa ribu tahun, maka akan tampak perubahan-perubahan besar yang seolah-olah bersifat menentukan arah (directional) dari sejarah perkembangan masyarakat dan kebudayaan yang bersangkutan.
Perubahan-perubahan besar ini dalam abad ke-19 yang lalu telah menjadi perhatian utama para sarjana ilmu antropologi budaya dalam arti umum. Pada masa sekarang, gejala ini menjadi perhatian khusus dari suatu sub-ilmu dalam antropologi, yaitu ilmu prehistori yang memang bertugas mempelajari sejarah perkembangan kebudayaan manusia dalam jangka-jangka waktu yang panjang, dan juga oleh para sarjana ilmu sejarah yang mencoba merekonstruksi kembali sejarah perkembangan seluruh umat manusia dan yang karena itu harus juga bekerja dengan jangka-jangka waktu yang panjang. Para sarjana ilmu sejarah seperti ini adalah misalnya E. Spengler, A.J. Toynbee, G. Childe dan lain-lain.

C. Proses Difusi

Penyebaran Manusia. Dalam ilmu paleoantropologi telah diperkirakan bahwa makhluk manusia terjadi di suatu daerah tertentu di muka bumi, yaitu daerah sabana tropikal di Afrika Timur, sedangkan sekarang makhluk itu menduduki hampir seluruh muka bumi ini dalam segala macam lingkungan iklim. Hal itu hanya dapat diterangkan dengan adanya proses pembiakan dan gerak penyebaran atau migrasi-migrasi yang disertai dengan proses penyesuaian atau adaptasi fisik dan sosil budaya dari makhluk manusia dalam jangka waktu beratus-ratus ribu tahun lamanya sejak zaman purba.
Ditinjau secara lebih teliti, maka kita dapat membayangkan berbagai macam sebab dari migrasi-migrasi itu. Ada hal-hal yang menyebabkan migrasi lambat dan otomatis, ada pula yang menyebabkan migrasi cepat dan mendadak.
Migrasi yang lambat dan otomatis adalah sejajar dengan perkembangan dari makhluk manusia yang selalu bertambah jumlahnya. Dalam proses evolusi seperti itu makhluk manusia seolah-olah selalu memerlukan tempat-tempat yang baru di muka bumi. Migrasi yang cepat dan mendadak dapat terjadi karena bermacam-macam sebab, misalnya: bencana alam, wabah, perubahan mata pencaharian hidup, peperangan, dan juga peristiwa-peristiwa khusus yang semua telah tercatat dalam sejarah seperti perkembangan pelayaran dari bangsa Cina di Asia Timur dan Asia Tenggara; perkembangan pelayaran bangsa-bangsa Arab di Asia Selatan dan Afrika Timur; dsb.

Penyebaran Unsur-Unsur Kebudayaan. Bersamaan dengan penyebaran dan migrasi kelompok-kelompok manusia di muka bumi, turut pula tersebar unsur-unsur kebudayaan ke seluruh penjuru dunia yang disebut proses difusi (diffusion). Salah satu bentuk difusi adalah penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari satu tempat ke tempat lain di muka bumi, yang dibawa oleh kelompk-kelompk manusia yang bermigrasi. Terutama dalam zaman prehistori, puluhan ribu tahun yang lalu, ketika kelompok-kelompok manusia yang hidup dari berburu pindah dari satu tempat ke tempat lain hingga jauh sekali, maka unsur-unsur kebudayaan yang mereka bawa juga didifusikan hingga jauh sekali.
Penyebaran unsur kebudayaan dapat juga terjadi tanpa ada perindahan kelompok-kelompok manusia atau bangsa-bangsa dari satu tempat ke tempat lain, tetapi oleh karena ada individu-individu tertentu yang membawa unsur-unsur kebudayaan itu hingga jauh sekali. Mereka itu adalah terutama pedagang dan pelaut.
Bentuk difusi yang lain lagi dan yang terutama mendapat peehatian ilmu antropologi adalah penyebaran unsur-unsur kebudayaan yang berdasarkan pertemuan-pertemuan antara individu-individu dalam suatu kelompok manusia dengan individu-individu kelompok tetangga.

D. Akulturasi dan Pembaruan atau Asimilasi

Akulturasi. Istilah akulturasi, atau acculturation atau culture contact, mempunyai berbagai arti diantara para sarjana antropologi, tetapi itu semua sefaham bahwa konsep itu mengenai proses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing dengan sedemikian rupa, sehingga unsur-unsur kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri. Terbukti bahwa tidak pernah terjadi difusi dari satu unsur kebudayaan.
Migrasi tentu menyebabkan pertemuan antara kelompok-kelompok manusia dengan kebudayaan yang berbeda-beda dan akibatnya ialah bahwa individu-individu dalam kelompok-kelompok itu dihadapkan dengan unsur-unsur kebudayaan asing.
Proses akulturasi memang ada sejak dulu kala dalam sejarah kebudayaan manusia, tetapi proses akulturasi yang mempunyai sifat yang khusus baru timbul ketika kebudayaan bangsa-bangsa di Eropa Barat mulai menyebar ke semua daerah lain di muka bumi, dan mulai mempengaruhi masyarakat suku-suku bangsa di Afrika, Asia, Oseania, Amerika Utara, dan Amerika Latin.
Penelitian-penelitian sekitar masalah akulturasi kurang dari setengah abad yang lalu. Dan kalau masalah-masalah itu kita ringkas akan tampak lima golongan masalah, yaitu:
1. Masalah mengenai metode-metode untuk mengobservasi, mencatat, dan melukiskan suatu proses akulturasi dalam suatu masyarakat;
2. Masalah mengenai unsur-unsur kebudayaan asing apa yang mudah diterima, dan unsur-unsur kebudayaan asing apa yang sukar diterima oleh masyarakat penerima;
3. Masalah mengenai unsur-unsur kebudayaan apa yang mudah diganti atau diubah, dan unsur-unsur apa yang tidak mudah diganti atau diubah oleh unsur-unsur kebudayaan asing;
4. Masalah mengenai individu-individu apa yang suka dan cepat menerima, dan individu-individu apa yang sukar dan lambat menerima unsu-unsur kebudayaan asing;
5. Masalah mengenai ketegangan-ketegangan dan krisis sosial yang timbul sebagai akibat akulturasi.

Asimilasi. Asimilasi atau assimilatiaon adalah proses sosial yang timbul bila ada: (1) Golongan-golongan manusia dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda, (2) Saling bergaul langsung secara intensif untuk waktu yang lama, sehinga (3) kebudayaan golongan-golongan tadi masing-masing berubah sifatnya yang khas, dan juga unsur-unsurnya masing-masing berubah wujudnya menjadi unsur-unsur kebudayaan campuran. Biasanya golongan-golongan yang tersangkut dalam suatu proses asimilasi adalah suatu golongan mayoritas dan beberapa golongan minoritas. Dalam hal itu golongan minoritas itulah yang mengubah sifat khas dari unsur-unsur kebudayaannya, dan menyesuaikan dengan kebudayaan dari golongan mayoritas sedemikian rupa sehingga lambat laun kehilangan kepribadian kebudayaannya, dan masuk ke dalam kebudayaan mayoritas.

E. Pembaruan atau Inovasi

Inovasi dan Penemuan. Inovasi adalah suatu proses pembaruan dari penggunaan sumber-sumber alam, energi dan modal, pengaturan baru dari tenaga kerja dan penggunaan teknologi baru yang semua akan menyebabkan adanya sistem produksi, dan dibuatnya produk-produk baru. Dengan demikian inovasi itu mengenai pembaruan kebudayaan yang khusus mengenai unsur teknologi dan ekonomi.
Proses inovasi sudah tentu sangat erat sangkut-pautnya dengan penemuan baru dalam teknologi. Suatu penemuan biasanya juga merupakan suatu proses sosial yang panjang yang melalui dua tahap khusus, yaitu discovery dan invention.
Discovery adalah suatu penemuan dari suatu unsur kebudayaan yang baru, baik yang berupa suatu alat baru, suatu ide baru yang diciptakan oleh seorang individu, atau suatu rangkaian dari beberapa individu dalam masyarakat yang bersangkutan. Discovery baru menjadi invention apabila masyarakat sudah mengakui, menerima dan menerapkan penemuan baru itu. Dan proses dari discovery hingga ke invention seringkali memerlukan tidak hanya seorang individu, yaitu penciptanya saja, melainkan suatu rangakain yang terdiri dari beberapa orang pencipta. Sebagai contoh adalah penemuan mobil mulai dari sistem motor gas hingga ke mobil modern, yang mana pada sekarang ini menjadi salah satu alat terpenting dalam kehidupan masyarakat manusia. Dengan terciptanya bentuk itu, kendaraan mobil menjadi invention baru.

Pendorong Penemuan Baru. Para sarjana mengatakan bahwa faktor-faktor pendorong tersebut adalah: (1) Kesadaran para individu akan kekurangan kebudayaan (2) Mutu dari keahlian dalam suatu kebudayaan (3) Sistem perangsang bagi aktivitas mencipta dalam masyarakat.

Inovasi danvolusi. Suatu penemuan baru biasanya berupa suatu rangkaian panjang, dimulai dari penemuan-penemuan kecil yang akumulatif atau secara bertimbun menjadi banyak, yang diciptakan oleh para pencipta-pencipta. Dengan demikian peoses inovasi (yaitu proses pembaruan teknologi-ekonomi dan lanjutannya) itu juga merupakan suatu proses evolusi; bedanya ialah bahwa dalam proses inovasi individu-individu itu bersifat aktif, sedang dalam proses evolusi individu-individu itu pasif, bahkan sering bersifat negatif. Karena kegiatan dan usaha individu itulah, maka suatu inovasi memang merupakan suatu proses perubahan kebudayaan yang lebih cepat (artinya yang lebih cepat kelihatan daripada suatu proses evolusi kebudayaan).

Kesimpulan

Pergeseran kebudayaan merupakan suatu kejadian sosial-budaya yang sering terjadi dalam kehidupan masyarakat. Hal itu dapat disimpulkan dengan beberapa konsep dalam menganalisa proses-proses pergeseran masyarakat dan kebudyaan. Di antara konsep-konsep yang terpenting ada yang mengenai proses belajar kebudayaan oleh warga masyarakat yang bersangkutan, yaitu internalisasi, sosialisasi, dan ekulturasi. Ada juga proses perkembangan kebudayaan umat manusia pada umumnya dan bentuk-bentuk yang makin lama makin kompleks, yaitu evolusi kebudayaan. Kemudian ada proses penyebaran kebudayaan yang secara geografi, terbawa oleh perpindahan bangsa-bangsa, yaitu proses difusi. Proses lain adalah proses belajar unsur-unsur kebudayaan asing oleh warga sesuatu masyarakat, yaitu proses akulturasi. Akhirnya ada proses pembaruan atau inovasi, yang erat sangkut-pautnya dengan penemuan baru (discovery dan invention)

DAFTAR PUSTAKA

- E.Z. Vogt, 1960, On the Concept of Structure and Process in Cultural Athropology.
- Koentjaraningrat, 1985, Pengantar Ilmu Antropologi, cetakan kelima, Aksara Baru, Jakarta.
- Saprinah Sadli, 1977, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, Koentjaraningrat Editor, P.T. Gramedia, Jakarta.
- www.google.co.id/dinamika masyarakat, diakses tanggal 2 Desember 2007.
- www.wikipedia.com/encyclopedia/society dynamics, diakses tanggal 2 Desember 2007.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar


Free Blogger Templates by Isnaini Dot Com. Powered by Blogger and Supported by Ralepi.Com - Motorcycle News